Senin, 03 September 2012


BAB I
PENDAHULUAN

A.      Latar Belakang Masalah
Era globalisasi menyediakan segala bentuk layanan manusia yang serba instan. Makanan instan tinggal seduh dengan air panas langsung makan. Snack tinggal robek kemasan langsung makan. Naik ke lantai atas tinggal berdiri di lift atau eskalator sudah dapat sampai lantai atas. Bepergian naik sepeda motor atau mobil tinggal tarik atau injak gas sudah sampai tujuan. Gaya hidup seperti inilah yang mengakibatkan akhir-akhir ini penyakit akibat kurang gerak muncul.
Penyakit kurang gerak biasa disebut dengan hipokinetik yaitu penyakit yang timbul karena kurang gerak seperti jantung koroner, hipertensi, obesitas, kecemasan dan depresi, lower back pain, persendian dan tulang. (Nurhasan dkk, 2005:1). Untuk itu upaya pemerintah melalui UU No. 2 tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional menjelaskan bahwa Pendidikan Nasional bertujuan “...memiliki pengetahuan dan keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani...”. Sehingga dalam suatu kurikulum satuan pendidikan memuat tentang pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan (Penjasorkes). Melalui Penjasorkes inilah nantinya siswa mempunyai pengalaman, keterampilan dan kebugaran melalui gerak.
Merujuk pada kebiasaan masyarakat di era globalisasi ini, banyak didapati hipokinetik yaitu obesitas. Obesitas merupakan penyakit kelebihan berat badan akibat gaya hidup yang tidak sehat. Berat badan yang tergolong dalam kategori ini adalah berat badan 20% lebih dari berat badan normal (Tarigan, 2000:31). Berat badan normal menurut Brocce (dalam Wibowo, 2011) dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut:
BB Normal = 90% X (BB-110)                                            - (BB= Berat Badan)
Selain menggunakan rumus di atas maka obesitas juga dapat diketahui dengan menggunakan indek massa tubuh (IMT). Rumus IMT sebagai berikut:
Keterangan:
IMT                 : Indek Massa Tubuh
BB                  : Berat badan dalam Kilogram (Kg)
TB                   : Tinggi badan dalam Meter (m)
(Tarigan, 2000:31)
Untuk mengatakan orang mengalami obesitas atau tidak maka dalam IMT dilengkapi dengan norma sebagai berikut:
Keadaan             Kategori                                                             IMT
Kurus                   kekurangan BB tingkat berat                              <17
                            kekurangan BB tingkat ringan                            17,0-18,4
Normal                                                                                            18,5 - 25,0
Gemuk                 kelebihan BB tingkat ringan                               25,1-27,0
                            kelebihan BB tingkat berat (Obesitas)                >27
(Nurhayati, 2010)
Keadaan obesitas diakibatkan oleh gaya hidup yang tidak sehat yaitu pola makan yang tidak teratur, aktifitas jasmani rendah dan istirahat tidak teratur. Hal ini mengakibatkan bagian otak yang disebut hipotelamus khususnya pada pusat makan dan kenyang merespon berbagai stimulus berdasarkan aktifitas jasmani. Kecenderungan orang yang melakukan aktifitas jasmani rendah memiliki nafsu makan yang tinggi melebihi kebutuhan kalori tubuh (Tarigan, 2000:32). Sebaliknya, orang yang memiliki aktifitas jasmani berat batas rasa kenyang rendah sehingga kalori tubuh tidak tercukupi dengan asupan gizi yang dikonsumsi. Sehingga kecenderungan mengalami kekurangan berat badan atau kurus. Untuk itu perlu aktifitas jasmani yang cukup untuk mendapatkan berat badan dan bentuk tubuh yang ideal.
Saat ini masalah yang muncul adalah banyak orang yang terserang penyakit hipokinetik khususnya obesitas. Untuk mengurangi berat badan akibat menumpuknya lemak pada tubuh obesitas maka perlu aktifitas aerobik yang membakar lemak. Aktifitas aerobik minimal dilakukan cukup lama karena lemak akan dimetabolisme oleh tubuh setelah 25 menit (Nurhayati, 2010). Kegiatan yang cocok untuk mengurangi berat badan adalah senam mix impact, low impact, Senam Kebugaran Jasmani dan bentuk bermain yang tidak begitu menguras tenaga tetapi berdurasi waktu yang lama, joging.

B.       Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka diajukan rumusan masalah sebagai berikut: Apakah dengan menggunakan pendekatan permainan kecil dapat memberikan pemenuhan kebutuhan gerak pada ABK Obesitas?

C.      Tujuan Penulisan
Penulisan makalah ini bertujuan sebagai berikut:
1.         Memberikan informasi kepada pembaca terkait penyakit hipokinetik.
2.         Memberikan bentuk permainan yang dapat digunakan untuk mengurangi berat badan.




D.      Manfaat Penulisan
Manfaat dari penulisan makalah ini adalah:
1.         Memberikan kegiatan gerak pada anak ABK Obesitas agar kebutuhan gerak dapat tercukupi yang nantinya akan berdampak pada pola makan yang teratur, sehingga berat badan dapat terkontrol.
2.         Memberikan alternatif pengajaran kepada guru PLB/ sekolah insklusif yang mempunyai siswa ABK Obesitas.


BAB II
PEMBAHASAN

HAKEKAT BERMAIN
A.      Deskripsi Bermain
Bermain merupakan peristiwa hidup yang sangat digemari oleh anak-anak maupun orang-orang dewasa. (Nurhasan dkk, 2005:101). Bagi anak-anak bermain bermanfaat sebagai wahana pertumbuhan dan perkembangan. Hampir seluruh waktu tumbuh dan kembang anak dilakukan dengan bermain. Bagi orang dewasa sebagai wahana aktualisasi diri dalam kehidupan bermasyarakat. Selain itu terdapat nilai-nilai kehidupan yang tersirat dalam bermain. Seperti nilai sportivitas, disiplin, saling menghargai dan lain sebagainya.
Khusus untuk ABK Obesitas bermain adalah wahana untuk mendapatkan pemenuhan gerak. Bentuk permainan tidak terlalu menguras tenaga tetapi berdurasi lama. Waktu yang dibutuhkan untuk aktifitas ABK minimal 25 menit mengingat lemak akan masuk dalam siklus metabolisme pada waktu setelah 25 menit.

B.       Jenis Permainan
Ada dua jenis permainan yang akan diajukan. Dua jenis tersebut berfungsi sebagai pemanasan dan permainan inti. Pemanasan dilakukan dengan permainan pertama yaitu permainan “Bercermin” dan permainan inti yaitu permainan “Mencari Kelompok”.

1.        Permainan Bercermin Versi I (Pemanasan)
Permainan bercermin ini dilakukan untuk memberikan aktifitas pemanasan kepada ABK Obesitas sebelum melakukan permainan inti. Bentuk permainan ini sama dengan orang bercermin pada cermin. Adapun cara bermain dan aturan main sebagai berikut:
a)      Cara Bermain
1)        Siswa diinstruksikan berkumpul dan berbaris menjadi dua banjar dengan jumlah yang sama (berpasangan).
                                      Gambar 2.1 Baris berbanjar
2)        Dipastikan bahwa seluruh siswa mendapatkan pasangan masing-masing.
3)        Setelah semua siswa sudah mendapatkan pasangan masing-masing maka, guru memberikan perintah untuk setiap siswa berjalan bersama pasangannya masing-masing menjauh dari siswa pasangan siswa yang lain. Hal ini dilakukan untuk membuat ruang untuk bergerak dalam tugas gerak selanjutnya.
                           Gambar 2.2 Kelompok Saling Berjauhan
4)        Setelah ruang gerak terbentuk maka, siswa diperintahkan untuk saling berhadapan.
                     Gambar 2.3 Siswa Berpasangan dan Berhadapan
5)        Setelah sudah saling berhadapan maka perintah selanjutnya adalah salah satu siswa menjadi cermin (A) dan yang lain menjadi orang yang bercermin (B). Siswa A bergerak sesuai keinginan dan siswa B harus  mengikuti gerak yang dilakukan oleh siswa A.

b)      Peraturan Bermain
1)        Siswa B harus mampu menirukan semua gerakan yang dilakukan oleh Siswa A.
2)        Jika siswa B tidak bisa melakukan gerakan siswa A maka siswa B berganti menjadi Siswa A dan Siswa menjadi siswa B.
3)        Hal ini dilakukan berulang-ulang sampai dirasa cukup pemanasan, selanjutnya guru memberikan instruksi berhenti.

2.        Permainan Mencari Kelompok (Inti)
Permainan yang menuntut kecepatan berhitung, karena dalam permainan ini sangat mengandalkan kecepatan berhitung untuk menentukan jumlah anggota dalam kelompok. Dalam melakukan permainan ini juga diperlukan kecepatan berlari untuk adu cepat mencari kelompok yang masih kurang dalam jumlah kelompoknya. Permainan ini membentuk kelompok sesuai jumlah kelompok angka yang diinstruksikan oleh guru.
a)         Cara Bermain
1)        Siswa diinstruksikan untuk melakukan gerakan lari pelan, jalan ditempat, ataupun gerakan lainnya dalam posisi saling berjauhan. membaur menyebar memenuhi lahan yang disediakan.
2)        Jika guru menyebut angka maka siswa harus segera lari mencari siswa lain membentuk kelompok sesuai dengan jumlah angka yang disebutkan oleh guru.
Contoh: jika guru menyebut angka 3 maka siswa harus segera membentuk kelompok dengan setiap kelompok beranggotakan 3 siswa.

Gambar 2.4 Contoh membentuk kelompok 3 siswa.
 

3)        Dalam membentuk kelompok siswa diberi batasan waktu oleh guru.
4)        Jika dalam waktu yang ditentukan masih ada siswa yang belum mendapatkan kelompok maka siswa tersebut harus berhenti tidak boleh mencari kelompok atau masuk ke kelompok.
Gambar 2.5 Siswa tidak mendapatkan kelompok.
 
b)      Peraturan Bermain
1)      Siswa harus membentuk kelompok sesuai dengan jumlah angka yang disebutkan oleh guru.
Contoh: jika guru menyebut angka 3 maka siswa harus segera membentuk kelompok dengan setiap kelompok beranggotakan 3 siswa.
Jika terdapat jumlah kelompok beranggota tidak sesuai dengan jumlah yang diinstruksikan, maka kelompok tersebut akan mendapat hukuman.
2)      Hukuman dapat diserahkan kepada guru atau atas kesepakatan semua kelompok.

3.        Permainan Bercermin Versi II (Pendinginan)
Permainan bercermin versi II ini teknis pelaksanaan hampir sama dengan Versi I tetapi perbedaannya adalah pada orang yang bercermin (guru) dan orang sebagai cermin (Siswa).
a)        Cara Bermain
1)        Siswa dibariskan menjadi dua saf memanjang ke kanan dan kekiri dengan merentangkan kedua tangan.
  Gambar 2.6 Guru Sebagai Orang Yang Bercermin

2)        Diusahakan siswa bisa melihat guru sebagai orang yang bercermin.
3)        Siswa harus mengikuti gerakan pendinginan dari guru.
b)        Peraturan Bermain
1)      Guru harus melakukan gerakan Pendingan yang sesuai dengan kemampuan siswa.
2)      Jika siswa tidak bisa menirukan gerakan maka siswa tersebut diberikan hukuman berupa berjalan ditempat dengan waktu ditentukan oleh guru setelah itu disuruh melakukan gerakan meniru kembali.
3)      Kegiatan ini dilakukan hingga pendinginan dirasa cukup.


BAB III
PENUTUP

A.      Kesimpulan
Obesitas merupakan penyakit dalam jenis hipokinetik yang diakibatkan oleh menumpuknya lemak dalam tubuh secara berlebih yang mengakibatkan berat tubuh berlebih dalam norma IMT >27. Untuk mengurangi berat badan tersebut maka diperlukan kegiatan aerobik yang dapat membakar lemak dalam tubuh sehingga lemak dalam tubuh dapat dikurangi. Kegiatan aerobik ini tidak boleh terlalu berat tetapi berdurasi lama, minimal 25 menit. Untuk lebih mendapatkan hasil yang maksimal maka perlu bentuk permainan yang menyenangkan sehingga kegiatan tidak membosankan dan menimbulkan kesukarelaan pada ABK Obesitas.

B.       Saran
Untuk mengontrol berat tubuh disarankan untuk melakukan aktifitas jasmani yang cukup agar pusat makan dan kenyang dalam tubuh dapat bekerja normal sesuai kebutuhan kalori tubuh yang akan menimbulkan pola makan yang normal. Dengan pola makan yang normal maka berat badan dan bentuk tubuh yang ideal dapat terbentuk.


DAFTAR RUJUKAN

Nurhasan dkk. 2005. Petunjuk Praktis Pendidikan Jasmani (Bersatu Membangun Manusia Yang Sehat Jasmani dan Rohani). Surabaya: Unesa University Press.
Nurhayati, Faridha. 2010. Diktat Matakuliah Ilmu Gizi. Tidak diterbitkan. Surabaya: JPO FIK Unesa.
Tarigan, Beltasar. 2000. Penjaskes Adaptif. Depdiknas Dirjenpendikdasmen.
Undang-undang Sisdiknas No. 2 Tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional. (Online) tersedia di www.dikti.go.id
Wibowo, Sapto. 2011. Materi Matakuliah Tes dan Pengukuran Olahraga. Tidak diterbitkan. Surabaya: JPO FIK Unesa.