BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah
Era globalisasi menyediakan segala
bentuk layanan manusia yang serba instan. Makanan instan tinggal seduh dengan
air panas langsung makan. Snack tinggal robek kemasan langsung makan. Naik ke
lantai atas tinggal berdiri di lift
atau eskalator sudah dapat sampai lantai atas. Bepergian naik sepeda motor atau
mobil tinggal tarik atau injak gas
sudah sampai tujuan. Gaya hidup seperti inilah yang mengakibatkan akhir-akhir
ini penyakit akibat kurang gerak muncul.
Penyakit kurang gerak biasa disebut
dengan hipokinetik yaitu penyakit
yang timbul karena kurang gerak seperti jantung koroner, hipertensi, obesitas,
kecemasan dan depresi, lower back pain,
persendian dan tulang. (Nurhasan dkk, 2005:1). Untuk itu upaya pemerintah
melalui UU No. 2 tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional menjelaskan
bahwa Pendidikan Nasional bertujuan “...memiliki pengetahuan dan keterampilan,
kesehatan jasmani dan rohani...”. Sehingga dalam suatu kurikulum satuan
pendidikan memuat tentang pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan (Penjasorkes).
Melalui Penjasorkes inilah nantinya siswa mempunyai pengalaman, keterampilan
dan kebugaran melalui gerak.
Merujuk pada kebiasaan masyarakat di era
globalisasi ini, banyak didapati hipokinetik
yaitu obesitas. Obesitas merupakan
penyakit kelebihan berat badan akibat gaya hidup yang tidak sehat. Berat badan
yang tergolong dalam kategori ini adalah berat badan 20% lebih dari berat badan
normal (Tarigan, 2000:31). Berat badan normal menurut Brocce (dalam Wibowo,
2011) dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut:
BB Normal = 90% X (BB-110) - (BB= Berat Badan)
Selain menggunakan rumus di atas maka
obesitas juga dapat diketahui dengan menggunakan indek massa tubuh (IMT). Rumus
IMT sebagai berikut:
Keterangan:
IMT : Indek Massa Tubuh
BB :
Berat badan dalam Kilogram (Kg)
TB : Tinggi badan dalam Meter (m)
(Tarigan, 2000:31)
Untuk mengatakan orang mengalami obesitas atau tidak
maka dalam IMT dilengkapi dengan norma sebagai berikut:
Keadaan Kategori IMT
Kurus kekurangan BB tingkat berat <17
kekurangan
BB tingkat ringan 17,0-18,4
Normal 18,5
- 25,0
Gemuk kelebihan BB tingkat ringan 25,1-27,0
kelebihan BB tingkat berat (Obesitas) >27
(Nurhayati,
2010)
Keadaan
obesitas diakibatkan oleh gaya hidup yang tidak sehat yaitu pola makan yang
tidak teratur, aktifitas jasmani rendah dan istirahat tidak teratur. Hal ini
mengakibatkan bagian otak yang disebut hipotelamus
khususnya pada pusat makan dan kenyang merespon berbagai stimulus berdasarkan
aktifitas jasmani. Kecenderungan orang yang melakukan aktifitas jasmani rendah
memiliki nafsu makan yang tinggi melebihi kebutuhan kalori tubuh (Tarigan,
2000:32). Sebaliknya, orang yang memiliki aktifitas jasmani berat batas rasa
kenyang rendah sehingga kalori tubuh tidak tercukupi dengan asupan gizi yang
dikonsumsi. Sehingga kecenderungan mengalami kekurangan berat badan atau kurus.
Untuk itu perlu aktifitas jasmani yang cukup untuk mendapatkan berat badan dan
bentuk tubuh yang ideal.
Saat
ini masalah yang muncul adalah banyak orang yang terserang penyakit hipokinetik khususnya obesitas. Untuk
mengurangi berat badan akibat menumpuknya lemak pada tubuh obesitas maka perlu
aktifitas aerobik yang membakar
lemak. Aktifitas aerobik minimal
dilakukan cukup lama karena lemak akan dimetabolisme oleh tubuh setelah 25
menit (Nurhayati, 2010). Kegiatan yang cocok untuk mengurangi berat badan
adalah senam mix impact, low impact, Senam
Kebugaran Jasmani dan bentuk bermain yang tidak begitu menguras tenaga tetapi
berdurasi waktu yang lama, joging.
B.
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka
diajukan rumusan masalah sebagai berikut: Apakah dengan menggunakan pendekatan
permainan kecil dapat memberikan pemenuhan kebutuhan gerak pada ABK Obesitas?
C.
Tujuan Penulisan
Penulisan makalah ini bertujuan sebagai
berikut:
1.
Memberikan
informasi kepada pembaca terkait penyakit hipokinetik.
2.
Memberikan
bentuk permainan yang dapat digunakan untuk mengurangi berat badan.
D.
Manfaat Penulisan
Manfaat dari penulisan makalah ini
adalah:
1.
Memberikan
kegiatan gerak pada anak ABK Obesitas agar kebutuhan gerak dapat tercukupi yang
nantinya akan berdampak pada pola makan yang teratur, sehingga berat badan
dapat terkontrol.
2.
Memberikan
alternatif pengajaran kepada guru PLB/ sekolah insklusif yang mempunyai siswa
ABK Obesitas.
BAB II
PEMBAHASAN
HAKEKAT BERMAIN
A.
Deskripsi Bermain
Bermain merupakan peristiwa hidup yang
sangat digemari oleh anak-anak maupun orang-orang dewasa. (Nurhasan dkk,
2005:101). Bagi anak-anak bermain bermanfaat sebagai wahana pertumbuhan dan
perkembangan. Hampir seluruh waktu tumbuh dan kembang anak dilakukan dengan
bermain. Bagi orang dewasa sebagai wahana aktualisasi diri dalam kehidupan
bermasyarakat. Selain itu terdapat nilai-nilai kehidupan yang tersirat dalam
bermain. Seperti nilai sportivitas, disiplin, saling menghargai dan lain
sebagainya.
Khusus untuk ABK Obesitas bermain adalah
wahana untuk mendapatkan pemenuhan gerak. Bentuk permainan tidak terlalu
menguras tenaga tetapi berdurasi lama. Waktu yang dibutuhkan untuk aktifitas
ABK minimal 25 menit mengingat lemak akan masuk dalam siklus metabolisme pada
waktu setelah 25 menit.
B.
Jenis Permainan
Ada dua jenis permainan yang akan
diajukan. Dua jenis tersebut berfungsi sebagai pemanasan dan permainan inti.
Pemanasan dilakukan dengan permainan pertama yaitu permainan “Bercermin” dan
permainan inti yaitu permainan “Mencari Kelompok”.
1.
Permainan Bercermin Versi I (Pemanasan)
Permainan bercermin ini dilakukan untuk
memberikan aktifitas pemanasan kepada ABK Obesitas sebelum melakukan permainan
inti. Bentuk permainan ini sama dengan orang bercermin pada cermin. Adapun cara
bermain dan aturan main sebagai berikut:
a)
Cara Bermain
1)
Siswa
diinstruksikan berkumpul dan berbaris menjadi dua banjar dengan jumlah yang
sama (berpasangan).
Gambar 2.1
Baris berbanjar
2)
Dipastikan bahwa
seluruh siswa mendapatkan pasangan masing-masing.
3)
Setelah semua
siswa sudah mendapatkan pasangan masing-masing maka, guru memberikan perintah
untuk setiap siswa berjalan bersama pasangannya masing-masing menjauh dari
siswa pasangan siswa yang lain. Hal ini dilakukan untuk membuat ruang untuk
bergerak dalam tugas gerak selanjutnya.
Gambar 2.2 Kelompok Saling Berjauhan
4)
Setelah ruang
gerak terbentuk maka, siswa diperintahkan untuk saling berhadapan.
Gambar 2.3 Siswa Berpasangan dan Berhadapan
5)
Setelah sudah
saling berhadapan maka perintah selanjutnya adalah salah satu siswa menjadi
cermin (A) dan yang lain menjadi orang yang bercermin (B). Siswa A bergerak
sesuai keinginan dan siswa B harus
mengikuti gerak yang dilakukan oleh siswa A.
b)
Peraturan
Bermain
1)
Siswa B harus
mampu menirukan semua gerakan yang dilakukan oleh Siswa A.
2)
Jika siswa B
tidak bisa melakukan gerakan siswa A maka siswa B berganti menjadi Siswa A dan Siswa
menjadi siswa B.
3)
Hal ini
dilakukan berulang-ulang sampai dirasa cukup pemanasan, selanjutnya guru
memberikan instruksi berhenti.
2.
Permainan
Mencari Kelompok (Inti)
Permainan
yang menuntut kecepatan berhitung, karena dalam permainan ini sangat
mengandalkan kecepatan berhitung untuk menentukan jumlah anggota dalam
kelompok. Dalam melakukan permainan ini juga diperlukan kecepatan berlari untuk
adu cepat mencari kelompok yang masih kurang dalam jumlah kelompoknya.
Permainan ini membentuk kelompok sesuai jumlah kelompok angka yang
diinstruksikan oleh guru.
a)
Cara Bermain
1)
Siswa diinstruksikan untuk melakukan gerakan
lari pelan, jalan ditempat, ataupun gerakan lainnya dalam posisi saling
berjauhan. membaur menyebar memenuhi lahan yang disediakan.
2)
Jika guru menyebut angka maka siswa harus segera
lari mencari siswa lain membentuk kelompok sesuai dengan jumlah angka yang
disebutkan oleh guru.
Contoh:
jika guru menyebut angka 3 maka siswa harus segera membentuk kelompok dengan
setiap kelompok beranggotakan 3 siswa.
|
3)
Dalam membentuk kelompok siswa diberi batasan
waktu oleh guru.
4)
Jika dalam waktu yang ditentukan masih ada siswa
yang belum mendapatkan kelompok maka siswa tersebut harus berhenti tidak boleh
mencari kelompok atau masuk ke kelompok.
|
b) Peraturan
Bermain
1)
Siswa harus membentuk kelompok sesuai dengan
jumlah angka yang disebutkan oleh guru.
Contoh: jika guru menyebut angka 3 maka siswa harus segera
membentuk kelompok dengan setiap kelompok beranggotakan 3 siswa.
Jika terdapat jumlah kelompok beranggota tidak sesuai
dengan jumlah yang diinstruksikan, maka kelompok tersebut akan mendapat
hukuman.
2)
Hukuman dapat diserahkan kepada guru atau atas
kesepakatan semua kelompok.
3.
Permainan
Bercermin Versi II (Pendinginan)
Permainan bercermin versi II ini teknis
pelaksanaan hampir sama dengan Versi I tetapi perbedaannya adalah pada orang
yang bercermin (guru) dan orang sebagai cermin (Siswa).
a)
Cara Bermain
1)
Siswa dibariskan
menjadi dua saf memanjang ke kanan dan kekiri dengan merentangkan kedua tangan.
Gambar 2.6
Guru Sebagai Orang Yang Bercermin
2)
Diusahakan siswa
bisa melihat guru sebagai orang yang bercermin.
3)
Siswa harus
mengikuti gerakan pendinginan dari guru.
b)
Peraturan
Bermain
1)
Guru harus
melakukan gerakan Pendingan yang sesuai dengan kemampuan siswa.
2)
Jika siswa tidak
bisa menirukan gerakan maka siswa tersebut diberikan hukuman berupa berjalan
ditempat dengan waktu ditentukan oleh guru setelah itu disuruh melakukan
gerakan meniru kembali.
3)
Kegiatan ini
dilakukan hingga pendinginan dirasa cukup.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Obesitas merupakan penyakit dalam jenis hipokinetik yang diakibatkan oleh
menumpuknya lemak dalam tubuh secara berlebih yang mengakibatkan berat tubuh
berlebih dalam norma IMT >27. Untuk mengurangi berat badan tersebut maka
diperlukan kegiatan aerobik yang dapat membakar lemak dalam tubuh sehingga
lemak dalam tubuh dapat dikurangi. Kegiatan aerobik ini tidak boleh terlalu
berat tetapi berdurasi lama, minimal 25 menit. Untuk lebih mendapatkan hasil
yang maksimal maka perlu bentuk permainan yang menyenangkan sehingga kegiatan
tidak membosankan dan menimbulkan kesukarelaan pada ABK Obesitas.
B.
Saran
Untuk mengontrol berat tubuh disarankan
untuk melakukan aktifitas jasmani yang cukup agar pusat makan dan kenyang dalam
tubuh dapat bekerja normal sesuai kebutuhan kalori tubuh yang akan menimbulkan
pola makan yang normal. Dengan pola makan yang normal maka berat badan dan
bentuk tubuh yang ideal dapat terbentuk.
DAFTAR RUJUKAN
Nurhasan dkk. 2005. Petunjuk Praktis Pendidikan Jasmani (Bersatu Membangun Manusia Yang
Sehat Jasmani dan Rohani). Surabaya: Unesa University Press.
Nurhayati, Faridha. 2010. Diktat Matakuliah Ilmu Gizi. Tidak diterbitkan. Surabaya: JPO FIK
Unesa.
Tarigan, Beltasar. 2000. Penjaskes Adaptif. Depdiknas Dirjenpendikdasmen.
Undang-undang Sisdiknas No. 2 Tahun 1989 tentang
Sistem Pendidikan Nasional. (Online) tersedia di www.dikti.go.id
Wibowo, Sapto. 2011. Materi Matakuliah Tes dan Pengukuran Olahraga. Tidak diterbitkan.
Surabaya: JPO FIK Unesa.