Aku dan anak-anak Anak Berkebutuhan Khusus di desaku Tercinta
Namaku
Mohammad Syukrul Amin lahir di RT 22 RW 09 Dusun Pereng Kulon Desa Melirang
Kecamatan Bungah Kabupaten Gresik, aku tinggal di rumah sederhana milik pakdeku
tercinta, tinggal bersama keluarga yang damai nan bahagia, nama kepala dusunku
Bapak Musamin, nama kepala desaku H.M.Muwwafaq, S.Pd, M.Si. keadaan desaku yang
terdiri 8 dusun yang subur nan asri yang menonjol dengan hasil pertanian dan
peternakan dan sebagian besar juga para pemuda dan pemudinya bekerja di pabrik
luar kecamatan, karna pabrik di gresik sendiri banyak yang beroperasi dan
berkembang secara pesat, baik dari segi pabrik makanan, pupuk, material, maupun bahan kimia. Dilihat dari kegiatan
kepemudaan dusunku terlihat lebih unggul dari dusun yang lain di desaku, di dusun
pereng kulon masih aktif organisasi
desa, diantaranya REMAS, IPNU-IPPNU, KARANG TARUNA, Jam’iyah Dalail Khoirot dan Jam’iyah Ke NU an
lainnya.
Dusun
pereng kulon juga terdapat lembaga pendidikan seperti PAUD, Madrasah
Ibtida’iyah, SMP, dan Pondok Pesantren. Di pendidikan normal, Desa melirang dapat dibilang pendidikannya
cukup mandiri, didobrak dengan dua organisasi besar yaitu Muhammadiyah dan
Nahdlotul Ulama’ dalam pendidikan sudah merata dari tingkat MI, MTs,MA, jumlah
sekolah di desa terrhitung TK dan PAUD 3 sekolah, MI/SD 5 sekolah, MTs 1
sekolah, SMP 2 sekolah, dan 1 MA. Akan tetapi di desa belum ada sekolah Sekolah
Luar Biasa. Sekolah menerima anak yang berkebutuhan khusus yang dianggap masih
bisa mengikuti pelajaran sekolah meskipun ada pelajaran yang di khususkan
kepada anak tersebut seperti tuna daksa
yang dikhususkan pelajaran penjasorkes. Pak Maghfud meyampaikan bahwa siswa
yang dianggap memperluhkan pembelajaran Khusus bernama Ah.Shofi Asyharianto
mempunyai semua anggota gerak tubuhnya, akan tetapi siswa tersebut kesulitan
dan tidak mampu mengoptimalkan gerak tubuhnya, siswa tersebut dapat berjalan
tetapi tidak mampu berlari,itu karna kakinya besar dan tidak seimbang antara
kiri dan kanan. Pemberian materi ajar dari guru juga disesuaikan dengan
kamampuan shofi sendiri, secara umum sofi mendapat ilmu bagaimana bergerak
dengan sewajarnya dan bagaimana melatih kelentukan tubuh, sehingga dapat
bergerak seoptimalnya. Menurut keluarga yaitu bapak asyhar dan ibu anis selaku
orang tua dari shofi sendiri, dalam masa kandungan mereka menganggap kelahiran
anak pertama mereka baik-baik saja, karena tidak ada keluhan dari ibu yang
berarti, dan saat kelahirannya juga berjalan normal, akan tetapi bayi tersebut
dengan keadaan yang sebagian tubuhnya ada yang tidak seimbang, kaki yang besar
sebelah terutama telapak kaki dan jari-jarinya ,dan bagian dada yang agak
besar. Sehingga mengganggu gerak kaki, disebabkan keaadaan ini shofi berjalan
agak jingklang dan mengganggu mental dan emosionalnya, menurut ibu anis shofi
sering melakukan hal yang berlebihan ketika marah, membuang apa saja yang ada
dirumah, dan melontarkan kata-kata yang tidak sopan terhadap orang tuanya,
kejadian itu sering terjadi jika sebuah permintaan shofi tidak terturuti. Shofi
anak yang sedikit pemarah dan sensitif akan tetapi dia juga giat belajar
melebihi anak normal, dia termasuk 6 besar di kelasnya. Dari segi kronologi
ketidakwajaran yang terjadi tidak ada unsur ghoib yang dimasalahkan, juga tidak
dapat diketahui dari penyakit apa keadaan itu bisa terjadi karena mereka
termasuk keluarga yang kurang mampu, sehingga tidak dapat melakukan pemeriksaan
dokter secara mendalam dalam kandungan mereka dulu. Pada anak kedua dan ketiga
mereka juga lahir dan besar secara normal.
Di
dusun pereng kulon di setiap sudutnya terdapat makam yang di keramatkan oleh
penduduk desa, sebelah timur laut ada makam umum desa dan di situ terdapat
kuburan yang biasa disebut kuburan manggu, akrab di sebut-sebut dengan embah
Mandel, di sebelah tenggara desa ada makam yang terkenal dengan mbahsribah yang
dimana terdapat makam kiyai Assaribah yang dulu pertama kali membangun masjid
tua di desa Melirang Yaitu masjid Assaribah di dusun Melirang Kulon. Di sebelah
barat daya dusun pereng kulon terdapat makam embah Mbuduk yang critanya dulunya
tempat tanah makam tersebut hanya datar seperti tanah di sekitarnya, tapi lama
kelamaan tanah itu semakin tinggi dari tanah sekitarnya, di situ makam yang
dihormati adalah makam alm. Embah yai Idris. Beliau adalah buyut dari pemangku
pondok pesantren Nurul Hidayah yang berada di dusun pereng kulon. Di sebelah
selatan desa ada makam yang terdapat di gunungan Geneng, dimana terdapat makam
Embah Hasan Adipuro dengan istrinya. Di lokasi makam terdapat 2 pohon besar
yaitu pohon wringin dan pohon sejenis randu, pohon pohon ini digunakan penduduk
untuk menjadi patokan musim/cuaca hitungan jawa, seperti ke siji, keloro,
ketigo, sampai kesongo. Di makam ini orang desa sering mengadakan yang dulunya
sesajen tapi sekarang beralih menjadi sedekah/bancaan, jika ada orang mempunyai
hajat ataupun nadzar maka terbiasa orang tersebut melakukan sedekah disana.
Membawa makanan dan di makan di makam tersebut, entah itu makanan nasi dengan
ikan ataupun panggang ayam dan tumpeng. Di sini juga banyak di isuhkan terjadi
penyebab orang-orang/pemuda yang tiba-tiba tidak waras/gila. Warga menyebut
karena para pemuda yang sering ke makam ini karena tidak kuat dengan ilmunya
atau biasa disebut kaboten ilmu
memang faktanya banyak pemuda yang tidak sadar dengan kelakuannya di dusun pereng
kulon, terhitung ada 8 orang yang di cap gila di desa ini, banyak yang hanya
berkelakuan menyepi dengan dunianya sendiri, dan ada yang sampai mengganggu
orang lain. Misalnya sebagai contoh, usman adalah seseorang yang dianggap gila,
dia masih bisa diajak bekerja, akan tetapi tak ada semangat hidup seperti orang
selayaknya, menurut salah satu keluarga yaitu penyebabnya adalah karena
permasalahan kegagalan berkeluarga dimana dia dulu bercerai dengan istrinya.
Sehingga dia seperti itu, dulu sudah pernah diusahakan penyembuhan dan pernah
di datangkan mantan istrinya, tapi usaha itu tetap tidak merubah prilakunya,
dia hanya tersenyum-tersenyum sendiri tak menghiraukan kehidupan di sekitarnya,
terkadang dia berjalan keluar desa, tapi tak lama pun dia bisa kembali ke desa
pereng kulon. Menurut kebanyakan pendapat masyarakat memang keberadaan orang
orang tersebut dianggap gila dan tidak ada penanggulangan secara spesifik baik
dari keluarga dan pemerintahan desa, mereka hidup berdampingan dengan
masyarakat dengan biasa biasa saja dan sering kali dihindari jika orang
tersebut suka mengganggu warga.
Menurut
bu samina tukang pijit di dusun pereng kulon yang terkadang masih menangani
persalinan bayi dan pijit orang kandungan, kejadian dan kemungkinan anak yang
lahir cacat fisik maupun mental sedikit dalam 20 tahun yang lalu, tercatat
hanya ada 4 anak yang cacat 1 anak tuna wicara, 1 anak cacat mental, 1 anak
tuna daksa, 1 anak tuna daksa dan mental. Dulu, anak yang tuna wicara tersebut
pernah sekolah di sekolah normal sampai kelas 5, akan tetapi ketidakmampuan
guru untuk mangajar, anak tersebut tidak mendapat pelayanan seperti anak ABK
pada umumnya, hanya di tekankan pada pergaulan sesama teman agar tidak
kesepian. Akan tetapi setelah putus sekolah anak tersebut mulai dengan
keseharian dengan tetangga dan teman terdekat, lama kelamaan mungkin terjadi
masalah dengan kesepian yang terjadi, dia pun dianggap stress karena melakukan
perlakuan aniaya kepada tetangga dan anak dibawa umur, dari kejadian itu sutar
(anak tuna wicara) tersebut dianggap memiliki cacat mental. Dari pihak keluaga
sendiri tak pernah berusaha untuk menyekolahkannya ke sekolah luar biasa,
mungkin karena sekolah tersebut sangat jauh dari dusun pereng kulon.
Pak
Roihan sebagai kaur agama (imamuddin) di dusun Pereng Kulon berpendapat bahwa
kelahiran anak-anak yang cacat mental maupun fisik sendiri tidak ada kaitannya
dengan hal-hal yang ghoib sehubung dengan sejarah desa, juga tak ada unsur
karma yang mengandung kesalahan penduduk desa, dusun perengkulon adalah dusun
yang religius, adem ayem dengan kebudayaan gotong royongnya. Pak Roihan menduga
mungkin adanya kelahiran yang bayi cacat tersebut karna kurangnya asupan gizi
yang di kosumsi ibunya. Untuk masalah bagaimana para pemuda tiba-tiba bisa
stres dan dianggap kurang waras oleh penduduk itu dia beranggapan bahwa para
pemuda itu stres karena belum tercapai tujuanya/ atau kehilangan sesuatu yang
diharapkan si pemuda tersebut. Pek Roihan menambahkan bahwa penyembuhan dari
masalah para pemuda tersebut harus dimulai dari perhatian keluarga terdekat,
sehingga pelan-pelan bisa terjalin komunikasi yang baik.
Tanggapan kepala Desa Melirang tentang anak
yang berkebutuhan khusus sangat sederhana, desa sudah mencatat bilangan berapa
orang yang keterbelakangan mental dan anak-anak yang berkebutuhan khusus di
desa Melirang, akan tetapi semua berkas dan catatan ada di kantor Desa. Kades
mengatakan bahwa tidak mengetahui penyebab adanya hal-hal tersebut dan lebih memilih tidak menjawab. Usaha yang
dilakukan desa menangani ABK dan orang-orang yang keterbalakangan hanya sebatas
mendata dan mengusahakan bantuan dari kecamatan, karena ditingkat kecamatan
sendiri sekolah/ataupun instansi khusus untuk penanganan anak berkebutuhan
khusus tidak ada. Kades juga tidak tahu bahwa di kecamatan tetangga yaitu
kecamatan sidayu, manyar, pangkah, driyorejo, dan kebomas ada sekolah luar
biasa . Kades menambahkan bahwasanya mengusahakan penanganan hal seperti itu
tidak semudah membalikkan telapak tangan, harus ada instansi dan dukungan dari
keluarga sendiri dari penyandang cacat, terkadang dari keluarga tidak
merelahkan karena alasan jauh dari kerabat, ada juga yang makin menyembunyikan
ketika mempunyai anak seperti itu.
Di
melirang sendiri untuk orang yang mengerti benar tentang keaadaan anak-anak
yang berkebutuhan khusus sangatlah kurang, Tidak pernah tercatat seseorang yang
memperjuangkan hal itu, seakan akan mereka hidup di dunia yang normal begitu
saja tidak pernah menengok pada mereka yang membutuhkan seperti itu, bagi
penduduk desa melirang kebutuhan adalah sandang dan pangan, mungkin hanya itu
yang terlintas dipikiran mereka. Satu pernah mencoba belajar peduli dengan apa
itu pendidikan Khusus dan mencoba mengabdikan dirinya sebagai pendidik di SDLB,
SMPLB, SMALB Muhammadiyah Golokan sidayu meskipun dia seorang lulusan S1.
Teknik Mesin Unesa Surabaya, 2 tahun dia mengajar di sekolah yayasan tersebut,
mengajarkan keterampilan bengkel, dan pelajaran lain. Di tahun 2010 lulusan dari
MA Miftahul Ulum memberanikan menimbah ilmu di Uneversitas Negeri Surabaya
menempuh jurusan Pendidikan Luar biasa, menurut Kades itu adalah modal generasi
yang bisa diharapkan bisa peduli dengan anak-anak yang berkebutuhan khusus,
khususnya di desa melirang sendiri.
Rencana
desa Melirang untuk lebih memperhatikan anak-anak yang berkebutuhan khusus
menurut kades pasti ada, memperjuangankan kebutuhan mereka dikecamatan Bungah, baik
secara pengajuan laporan dan proposal bantuan untuk kesejateraan penyandang
cacat, dan menjadi pertimbangan kepala desa beserta perangkat desa sebagai
intropeksi pemerintahan. Kepala desa menekankan perhatian masyarakat dengan
perkembangan ekonomi desa yang sedang berkembang sehingga kebijakan untuk anak
cacat dianggap kurang. Harapan kepala desa untuk setiap warganya dapat
memperhatikan setiap orang di sekelilingnya terutama anak dan orang yang
keterbelakangan mental dan fisik.
Terahir
kepala desa berpesan pada mahasiswa yang menempuh MK. Penjasor Adaptif untuk
melanjutkan perjuangannya memperhatikan kaum yang sangat butuh perhatian
seperti anak anak yang keterbelakangan mental dan cacat fisik, tidak hanya
sebatas mengetahui dan mempelajari apa itu ABK, akan tetapi setidaknya peduli dengan keadaan yang membutuhkan
perhatian khusus seperti kebutuhan anak-anak itu, baik dari segi pendidikan,
kesejateraan, kasih sayang. Serta harus berani terjun dan mengabdi mendidik
agar anak berkebutuhan khusus dapat menjalani kehidupan normal, selayak
anak-anak lain yang tersenyum merasa bahagia dan memiliki semangat hidup yang
kuat.
Mengambil
kesimpulan dari berbagai pendapat yang ada masalah yang ditimbulkan masyarakat
Desa Melirang adalah kurang perhatian dari berbagai pihak baik dari keluarga
sendiri, pemerintahan desa, para tetangga, dan instansi pendidikan desa yang
kurang mengerti tentang pendidikan anak berkebutuhan khusus. Ketergantungan
pihak desa terhadap kecamatan sebagai alasan untuk tidak dipersalahkan, dari
pihak instansi pendidikan mungkin merasa sangat-sangat kurang mendapatkan pelatihan
untuk pencerahan dalam pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus. Dari berbagai
pendapat yang ada, meskipun di Desa Melirang terutama Dusun Pereng Kulon banyak
makam yang dihormati masyarakat akan tetapi kehidupan masyarakatnya sudah cukup
modern dan tidak terlalu menghubung-hubungkan dengan hal-hal ghoib yang ada.
Kehidupan masyarakat condong kepada hal-hal yang normal, sehingga kurang
memperhatikan hal-hal yang khusus seperti anak cacat, khususnya pendidikan ABK.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar